Renungan Untuk Kita Semuanya Sebagai Hamba Allah

Renungan Untuk Kita Semuanya Sebagai Hamba Allah

Assalamu’alaikum…

Dalam keadaan apakah kamu hidup di dunia saat ini? Hidup dengan rasa Tuhanmu, rasa Manusiamu, atau rasa Syaitan?

Jika kamu hidup dengan rasa TUHAN, maka kamu   akan berbuat benar, jujur, kasih, dan tidak berbohong. NIKMAT yang  akan kamu rasakan.

Jika kamu hidup dengan  rasa MANUSIA, maka kamu akan berbuat ujub/ria, takabur, sombong, dan ragu. KESAL yang akan kamu rasakan.

Jika kamu hidup dengan rasa SYAITAN, maka kamu akan berbuat salah, benci, fitnah, hianat, dan bohong. SIKSA yang akan kamu rasakan.

Renungan Untuk Kita Semuanya Sebagai Hamba Allah
Renungan Untuk Kita Semuanya Sebagai Hamba Allah

Sadarilah:

  • Terjadinya apa-apa, dikarenakan adanya apa-apa.
  • Tidak terjadinya apa-apa, dikarenakan tidak adanya apa-apa.

Renungkan – Hidup memang sulit tetapi di dalam kesulitan tersebut tersimpan suatu maksud !
Didalam kehidupan ini terdapat berbagai macam tantangan dan rintangan tetapi apakah kita bisa menghadapi ataukah kita harus menghindari permasalahan tersebut.

Dalam setiap sikap merupakan gambaran tingkah laku kita.
(bersiaplah permasalahan akan datang tanpa kita duga)

Allah SWT merupakan Tuhan pencipta manusia serta segala alam semesta. Tidak hendak sempat terdapat alam semesta, manusia, serta kehidupan bila Allah tidak menciptakannya. Tiadalah Allah menghasilkan seluruh di dunia, kecuali mempunyai tujuan yang jelas.

Visi penghambaan merupakan tujuan utama seluruh penciptaan di dunia ini.

Sebab itu, peran seluruh makhluk ciptaan Allah merupakan selaku hamba Allah, lebih spesial lagi merupakan penciptaan jin serta manusia. Allah sudah dengan jelas berfirman dalam surah adz- Dzariyat ayat 56,” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku“.

Visi penghambaan selaku tujuan utama penciptaan manusia paling tidak memiliki 4 hikmah. Perihal ini dapat ditegaskan lewat firman Allah dalam surah al- Fatihah ayat 5,” Cuma Engkaulah yang kami sembah, serta cuma kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”.

Sebutan nabudu diambil dari kata ibaadat yang mempunyai arti kepatuhan serta ketundukan, yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, selaku Tuhan yang disembah, sebab berkeyakinan kalau Allah memiliki kekuasaan yang absolut terhadapnya.

Sedangkan sebutan nastaiin( memohon pertolongan), terambil dari kata istiaanah, yang maknanya mengharapkan dorongan buat bisa menuntaskan sesuatu pekerjaan, yang tidak mampu dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Hikmah Surah al- Fatihah Ayat 5

1. Hikmah awal dari surah al- Fatihah ayat 5 merupakan suatu penegasan cuma Allahlah yang harus disembah oleh manusia serta haram menyembah tidak hanya kepada Allah. Menjadikan tidak hanya Allah selaku tuhan yang disembah merupakan wujud kemaksiatan besar yang disebuat selaku sikap musyrik. Begitu pula, cuma kepada Allah- lah sepatutnya manusia memohon pertolongan. Dengan kata lain, Allahlah Tuhan Yang Maha Penolong, bukan yang lain.

2. Hikmah kedua dari surah al- Fatihah ayat 5 merupakan kalau kata na`budu bermakna kewajiban serta nasta`in bermakna hak. Maksudnya, kewajiban yang terlebih dulu dicoba baru hendak memperoleh haknya. Islam bukanlah mengarahkan tuntutan atas hak saat sebelum melaksanakan kewajiban. Manusia berkewajiban menyembah Allah, sehabis itu manusia baru boleh memohon kepada Allah berbentuk hak pertolongan Allah.

3. Hikmah ketiga dari surah al- Fatihah ayat 5 merupakan keharusan keseluruhan penyembahan kepada Allah. Dengan memakai dhomir nahnu( kami) dalam kata na`budu serta nasta`in membagikan arti kalau dalam upaya menyembah Allah wajib keseluruhan dari segala diri manusia, baik ide, raga, ataupun hatinya. Karena, dalam shalat kadang- kadang fisiknya muncul di masjid tetapi pikirannya muncul di luar masjid. Di sinilah berartinya shalat dilaksanakan secara khusyuk.

4. Hikmah keempat dari surah al- Fatihah ayat 5 merupakan terdapatnya hukum karena akibat dalam kehidupan manusia di dunia. Pertolongan Allah akibat yang cuma hendak diberikan kepada hamba- hamba- Nya, yang melaksanakan karena berbentuk penyembahan kepada Allah. Demikian juga, Allah hendak membantu hamba- hamba- Nya yang ingin membantu agama Allah.

Dalam ikatan karena akibat ini, Allah tegaskan dalam surah Muhammad ayat 7,” Hai orang- orang Mukmin, bila kalian membantu( agama) Allah, tentu Ia hendak membantu kamu serta meneguhkan kedudukanmu”.

Dengan demikian, predikat hamba Allah merupakan dikala manusia memurnikan keimanan. Cuma Allah selaku tujuan ibadah yang dicoba secara keseluruhan ketundukan dalam rangka mencapai pertolongan- Nya.

Tinggalkan komentar